ads

10 April 2018

7 Peristiwa Besar di Hari Rabu



Hari Rabu merupakan hari ke-4 daripada 7 hari kesemuanya. Sebab itu dalam bahasa arab hari Rabu dinamakan الأربعاء bermaksud hari yang ke-empat.


Dari Anas bin Malik r.a. ia berkata bahawa Rasullullah telah ditanya mengenai hari Rabu. Maka Baginda menjawab, " Hari Rabu adalah Hari Bencana yang terus menerus". Para Sahabat bertanya, " Mengapa demikian Ya Rasulullah ?" Lalu Baginda menjawab, " Kerana pada hari itu Allah telah menenggelamkan ( menghancurkan) Fir'aun dan kaumnya, memusnahkah kaum Aad dan kaum Tsamud, yaa'ni kaum Nabi Allah Saleh r.a. yang engkar terhadap kerasulan dan kenabiannya.


Mengikut pendapat sesetengah Ulamak, maka barang siapa yang hendak sembuh dari penyakit, hendaklah ia mengamalkan meminum ubat pada Hari Rabu.

1. Kebinasaan Awj bin Unq

Awj ialah manusia yang telah berumur 4500 tahun yang tegap dan sangat tinggi, sehinggakan air tsunami pada masa Nabi Nuh tidak melewati lututnya. Ia tinggal di atas gunung. Apabila ingin makan, ia mampu mengambil ikan dalam laut dengan tangannya dan memanggangnya dengan cahaya matahari. Apabila sedang marah, dia kencing masyarakat di sekitarnya sehingga mereka tenggelam.

Ketika Nabi Musa As. memasuki daerahnya, Awj ingin membinasakan Nabi Musa As., maka dia mencari Nabi Musa dan pengikutnya. Apabila terjumpa, dia mencabut gunung dan dilemparnya ke atas Nabi Musa dan pengikutnya.

Namun Allah Swt. belum menghendaki Nabi Musa wafat. Allah Swt. mengirimkan burung Hud-Hud dengan sebutir batu yang kemudian diletakkan di atas gunung besar yang diangkat Awj. Atas Qudrah Allah Swt, batu itu menjadi terlalu berat, sehingga ia tidak mampu menahan, lehernya tersepit dan ia tak mampu memindahkan batu (gunung) di atas lehernya, maka ia mati atas izin Allah Swt.

2. Kebinasaan Qarun 

Qarun pada asalnya orang miskin, namun ia lahir dalam keluarga yang rajin beribadah, mereka beribadah di waktu malam, dan berpuasa di siang hari.

Nabi Musa adalah seorang nabi yang menguasai kimia, Beliau kemudian mengajarkan Kimia (ilmu kimia) kepada Qarun supaya mampu mencari rezeki. Maka Qarun mendapat harta berlimpah kerana kemampuannya, namun kemudiannya dia melupakan ibadah kerana terlalu sibuk mencari harta.

Kemudian Allah Swt memerintahkan Nabi Musa As. Untuk meminta zakat pada Qarun, namun dia tidak mahu memberikannya. Qarun berkata: “aku kumpulkan seluruh masyarakat besok, aku ingin berdebat dengan mereka, jika aku kalah, maka aku berikan mereka zakat harta”.

Sebelum mengumpulkan masyarakat, Qarun telah memanggil seorang wanita jalang dan menyuruhnya untuk menuduh Nabi Musa menzinainya, dan Qarun menjanjikan harta berlimpah untuk wanita jalang itu.

Keesokan harinya, ketika masyarakat telah berkumpul di rumahnya. Dan Nabi Musa pun hadir disitu, masyarakat meminta Nabi Musa untuk memberi sedikit taushiah, dalam taushiahnya Nabi Musa mengingatkan bahawa siapa yang mencuri harus dipotong tangan, siapa yang berzina harus direjam.

Kemudian Qarun bertanya: “Jika kamu yang berzina, apa hukumnya hai Musa?”, Nabi Musa menjawab: “Jika aku mengerjakannya, maka hukum atasku adalah sebagaimana dihukumi oleh Allah Swt.”. Qarun kemudian berkata: “aku menjadi saksi bahwa engkau telah berzina dengan wanita ini. Dia mengaku bahwa engkau menghamilkannya”.

Wanita jalang kemudian bangun untuk memberi pengakuan, namun Allah Swt. membuat lidahnya tidak mampu bercakap dusta, maka ia mengucapkan kebenaran. Dia berkata: “Sesungguhnya Musa tidak melakukan seperti yang engkau tuduh wahai Qarun. Qarun telah memanggilku dan menjanjikan harta yang banyak untuk bercakap bohong, namun aku takut mengada-ngada atas Rasulnya dan Kalimnya.”

Sigkat cerita, Jibril As. datang dan memberitahukan kepada Musa bahwa Allah telah memberikan kekuasaan kepada Musa untuk memerintahkan tanah, Beliau boleh memerintahkan apapun kepada tanah untuk kebinasaan Qarun.

Nabi Musa As. Kemudian mendatangi Qarun yang sedang tidur di ranjangnya, Kemudian beliau memukul lantai dengan tongkatnya, dan menunjuk ke arah ranjang Qarun, sehingga ranjangnya terbelah. Qarun langsung meloncat ketakutan, Nabi Musa kemudian berkata: “Ambil dia wahai tanah!”. Maka tanah menelan Qarun sampai lututnya. Qarun meminta tolong kepada Nabi Musa, namun beliau tidak memperdulikannya.

3. Kebinasaan Fir’aun dan tenteranya 

Kekejaman Fir'aun semakin menjadi-jadi. Para pengikut Nabi Musa disiksa diluar batas agar menjadi kafir dan mengikuti perintah Fir'aun.

Nabi Musa kemudian berdo'a agar Allah menimpakan azab kepada Fir'aun dan para pengikutnya. Do'anya dikabulkan. Mesir dilanda kemarau panjang sehingga habis tanaman mati.

Mereka mendatangi Nabi Musa agar berdo’a kepada Tuhan untuk mencabut bala itu. Nabi Musa mulai berdo’a setelah Fir’aun berjanji akan membiarkan kaum Bani Israil pergi dari Mesir bersama beliau.

Namun setelah azab itu berhenti dan keadaan menjadi normal, Fir’aun mengingkari janjinya. Kaum Bani Israil yang menjadi buruh, hamba dan sebagainya tetap diperintahkan bekerja di Mesir dan para pengikut Nabi Musa masih banyak yang disiksanya.

Dalam keadaan demikian, datanglah wahyu dari Allah agar Musa mengajak kaumnya pergi meningggalkan Mesir. Mereka berangkat secara diam-diam di malam hari supaya tidak diketahui oleh Fir’aun. Namun, akhirnya Fir'aun mengetahuinya juga. Ia dan tenteranya segera mengejar rombongan Nabi Musa.

Singkat cerita, rombongan Nabi Musa As. telah sampai di tepi Laut Merah. Mereka tak dapat melanjutkan perjalanan kerana terhalang laut. Para pengikut Nabi Musa panik karena Fir’aun dari jauh sudah nampak bersama bala tenteranya yang akan membunuh mereka.

"Jangan takut Tuhan bersama kita," kata Nabi Musa sambil memukulkan tongkatnya ke laut. Seketika laut itu terbelah.

Para pengikut Nabi Musa segera berjalan di tengah-tengah laut yang terbelah itu. Setelah mereka sampai di daratan seberang, Fir’aun tiba dan menyusul mereka melalui jalan di laut yang terbelah.

Namun ketika Fir’aun dan para pengikutnya sampai di pertengahan, laut yang terbelah itu tertutup kembali. Tenggelamlah Fir’aun dan para pengikutnya. Semua binasa tanpa tersisa.

4. Kebinasaan Raja Namrud 

Namrud mempunyai tentera sebanyak tujuh ratus ribu penunggang kuda dengan senjata yang lengkap. Namrud berkata kepada Nabi Ibrahim: “Hai Ibrahim, jika Tuhanmu mempunyai malaikat, maka kirimkanlah kepadaku untuk berperang denganku. Jika sanggup ambillah kerajaanku ini.”

Maka Nabi Ibrahim As. munajat kepada Allah SWT: “Ya Ilahi sesungguhnya Namrud dengan tenteranya menunggu kedatangan tenteramu, maka kirimkanlah kepada meraka tentera daripada selemah-lemah makhlukmu yaitu nyamuk.”

Ketika Namrud dan tentaranya telah berkumpul di padang yang luas, maka Allah Swt. memerintahkan nyamuk keluar dari lautan. Lalu keluarlah tentera nyamuk hingga menutupi permukaan bumi dan langit.

Kemudian Allah Swt. memberikan kekuatan kepada nyamuk-nyamuk tersebut. Lalu nyamuk-nyamuk tersebut menyerang tentera Namrud, menghisap semua darah mereka, Allah memerintahkan kepada nyamuk agar menunda penyeksaan terhadap Namrud. Agar ia dapat melihat sendiri kehancuran tenteranya. Maka nyamuk-nyamuk itu pun membiarkan Namrud sehingga ia dapat pulang ke istana.

Nabi Ibrahim As. merasa takjub melihat peristiwa tersebut. Kemudian Allah berfirman kepadanya:

“Wahai Ibrahim, demi kemuliaan dan keagungan-Ku, sekiranya engkau tidak meminta kepada-Ku supaya mengutus tentera nyamuk, tentu aku akan mengirimkan yang lebih halus daripada nyamuk, jika seribu di antaranya berkumpul menjadi satu tidak mencapai besarnya nyamuk, tentu akan aku musnahkan juga mereka dengannya.”

Ketika telah dekat seksaan untuk Namrud, lalu Allah Swt. memerintahkan seekor nyamuk untuk menjalankan tugas tersebut. Nyamuk itu berkeliling di sebatang pohon selama tiga hari. Setelah sampai tiga hari, maka ia masuk ke dalam kepala Namrud melalui lubang hidungnya. Kemudian ia memakan otak Namrud selama 40 hari.

5. Kebinasaan Kaum Nabi Shalih 

Sebagaimana telah kami jelaskan pada tulisan “peristiwa besar di hari sabtu”, bahwa Nabi Shalih berkata pada kaumnya: “pada masa ini akan lahir seorang anak yang merupakan sebab kehancuran kaum ini”. Maka pembesar-pembesar kaum itu berkumpul dan sepakat untuk tidak mendekati isterinya lagi pada masa itu supaya tidak lahir anak yang menjadi sebab kehancuran, dan barangsiapa punya anak laki-laki harus dibunuh.

Namun ada perempuan yang melahirkan seorang anak laki-laki dan tidak membunuhnya, kerana mereka belum pernah punya anak, anak tersebut diberi nama Qadara. Ketika orang-orang melihat anak itu semakin dewasa, mereka merasa menyesal kerana telah membunuh anak – anak mereka sehingga tidak membesar seperti Qadara.

Akhirnya mereka membuat rancangan untuk membunuh Nabi Shalih, karena beliaulah penyebab mereka membunuh anak-anak mereka. Mereka merancang pergi ke tempat yang jauh, kemudian kembali ke kampungnya secara sembunyi-sembunyi dan membunuh Nabi Shalih sehingga tidak ada yang tahu siapa pembunuhnya, kerana mereka tidak berada di tempat itu.

Suatu hari, setelah mereka minum khamar, mereka merasa haus dan ingin minum air, tapi hari itu tidak ada air, kerana air telah diminum oleh unta. Maka Qadara berkata: “menurutku kita bunuh saja unta Shalih, karena kita sedang darurat”. Mereka pun setuju dan mengambil pedang serta bersembunyi di balik bukit menunggu kedatangan unta Nabi Shalih, ketika unta menghampiri, mereka terus membunuhnya.

Kemudian mereka merancang membunuh anak unta, namun anak unta itu mendekati bukit tempat keluar induknya dulu yang merupakan mukjizat dari Allah Swt., dan bukit itupun terbelah, dan ia pun masuk ke dalamnya.

Ketika Nabi Shalih mengetahui untanya dibunuh, beliau berkata: “Bersenang-senanglah di rumahmu tiga hari lagi, setelah itu kamu semua akan binasa. Tandanya, hari pertama wajah-wajah kamu semua di hari pertama akan merah, kemudian di hari kedua kuning, dan hari ketiga menjadi hitam”. Melihat tanda-tanda itu benar - benar terjadi, mereka merancang membunuh Nabi Shalih, dan mereka mendatangi rumahnya, namun Malaikat Jibril datang dan menggoyangkan negeri mereka, kemudian Jibril As. menempik satu tempikan dan mereka pun musnah semuanya dengan izin Allah Swt.

6. Kebinasaan Syadad bin A’d 

A’d punya dua orang anak, iaitu: Syadid dan Syadad. Syadad membaca di kitab tentang keindahan syurga, sehingga ia ingin membina syurga di bumi. Ia bermusyawarah dengan para raja-raja, dan berkata: “Aku ingin membangun bangunan seperti syurga yang telah diceritakan dalam kitab”. Para raja menjawab: “Semua terserah padamu, dunia seluruhnya dalam pemerintahanmu”.

Ia memerintahkan perajuritnya untuk mengumpulkan emas dan perak di masyriq dan maghrib. Kemudian ia berkata: “Bangunkan untukku syurga dalam jangka waktu tiga ratus tahun”

Dikumpulkanlah seluruh ahli bangunan yang berada di kerajaan. Dari seluruh ahli tersebut di pilih 300 orang. Tiap-tiap mereka diserahi tugas untuk memimpin 1.000 anak buah.

Mereka mengelilingi bumi selama 10 tahun. Akhirnya, mereka menemukan suatu tempat yang paling baik. Di sana terdapat pepohonan dan beberapa aliran sungai. Di tempat itulah mereka mulai membangunkan syurga. Bahagian-bahagian syurga yang mereka rancang itu direalisasikan satu- persatu. Ada yang di buat dari emas, ada pula yang di buat dari perak. Kemudian mereka sirami dengan minyak yang paling wangi. Setelah semua nampak sempurna,mereka memberitahu keberadaan syurga itu kepada Syadad.

Kemudian Syadad segera mempersiapkan diri untuk berangkat ke sana. Jarak yang ditempuh oleh Syadad dari istana sampai ke syurga miliknya itu adalah sekitar 10 tahun perjalanan.
Sementara itu, dalam usaha untuk mewujudkan keinginan Syadad tersebut, para raja dan bawahannya telah mengambil emas dan perak yang dimiliki oleh rakyatnya, kecuali yang masih menggantung di leher seorang anak, yang harganya kira-kira satu dirham.

Ketika mereka ingin merampasnya, anak itu berkata,"Jangan, tolong jangan tuan ambil emasku ini!.” “Kami diperintahkan oleh Raja,” kata mereka. Lalu emas yang tidak seberapa harganya itu mereka ambil secara paksa dari leher si anak.

Anak itu menangis, kemudian ia mengangkat kedua tangannya: "Wahai Tuhanku, Engkau Maha Mengetahui apa yang telah dilakukan oleh orang-orang zalim terhadap hamba-hamba-Mu yang lemah. Maka tolonglah kami, wahai Zat yang menolong orang-orang yang memohon pertolongan kepada-Nya."

Mendengar doa anak yang teraniaya itu, semua malaikat di langit mengaminkannya. Kemudian Allah mengutus Malaikat Jibril. Ketika itu, rombongan Syadad telah mendekati surga yang mereka buat. Namun tiba-tiba, Malaikat Jibril mengeluarkan suara yang sangat keras dari arah langit. Dalam waktu yang sangat singkat, mereka semua mati sebelum sempat masuk ke dalam surga yang telah mereka buat dengan susah payah.

7. Kebinasaan Kaum Nabi Hud 

Kaum Nabi Hud selalu bermaksiat kepada Allah Swt., mereka berkata: “Wahai Luth!. Kami menyembah berhala dan tidak peduli kepada kata-katamu, kami tidak takut ancamanmu, jika kamu benar, cuba turunkan kepada kami azab!”.

Maka Allah Swt. Tidak menurunkan Hujan kepada mereka selama tiga tahun, sehingga negeri mereka kemarau dan semua binatang mati. Masyarakat sangat menderita. Nabi Luth mengingatkan: “Minta ampunlah kepada tuhanmu, dan bertaubatlah!.” Mereka menjawab: “kami tidak akan bertaubat, tatapi kami akan mengutus beberapa orang ke Mekkah untuk mencari Air”.

Enam orang diutus ke Mekkah, namun dua diantara mereka masuk Islam. Keduanya berdo’a: “Wahai tuhan kami dan tuan kami, kami tahu engkau akan membinasakan kaum Hud. Kami bukanlah dari golongan mereka, terimalah do’a kami, dan tunaikan keperluan kami”. Kemudian mereka mendengar suara: “Mintalah!, akan diberikan.” “Ya Tuhanku, aku meminta umur 7 Nasur (burung nasar).” Terdengar suara: “Aku beri itu.”

Kini tinggal empat orang kafir. Salah seorang dari empat itu berkata: “Ya Allah tidak aku datang karena sakit sehingga engkau sembuhkan, tidak juga kerana ditawan sehingga engkau lepaskan”. Ya Allah Deruskanlah untuk A’d -- sebagaimana engkau menderuskan onta -- tiga gumpalan awan, putih, merah, dan hitam.”

Kemudian terdengar lagi suara: “Pilih mana yang engkau suka!”. Ia berkata: “Aku memilih hitam”. “Engkau telah memilih kebinasaan, tidak akan kekal dari A’d seorang pun, tidak ayah dan tidak anak.”

Maka Allah memerintahkan pembawa angin agar mengirimkan angin kencang untuk memusnahkan mereka semua.

Allahummadfa’ a’nna al-Bala’ 

(Sumber: Kitab as-Sab’atu fi Mawa’dhi al-Bariyyat, 80-92)